Kamis, 06 September 2012

Penghormatan hyperdulia utk Maria, & penghormatan dulia kpd para kudus lainnya.

http://forumimankristen.com/index.php/topic,87.msg911.html#msg911

Hyperdulia utk maria dan dulia utk para kudus lainnya, kemudian penghormatan utk Allah didefinisikan sebagai apa..? [mungkin pertanyaan ini yang kadang sederhana tetapi belum tentu dapat dimengerti oleh orang2 diluar katolik, atau bahkan di kalangan orang katolik sendiri..]

kadang penghormatan kepada maria dipandang berlebihan bahkan ada yang menilai secara sepihak dan frontal bahwa katolik segaja mejadikan maria pesaing Puteranya.. semoga dengan tulisan ini dapat menjadi perenungan bagi orang2 diluar katolik yang mengira maria mengambil kemulian Tuhan..


=====

Gereja Katolik mengenal berbagai bentuk penghormatan dan penyembahan :
  • Latria => penyembahan, ‘worship/ adoration‘
    yang HANYA ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus);
  • Hyperdulia => Penghormatan [Khusus kpd Maria],
    Penghormatan yang khusus diberikan kepada Maria;
  • Dulia => Penghormatan, ‘veneration‘,
    Penghormatan kepada Para Kudus dan relikwi;

dari definisi diatas maka timbul pertanyaan : kenapa maria dibedakan dengan Bapa Abraham, Ibu Sarah dan Para Kudus lainnya..?
karena memang tidak ada manusia yang memiliki hubungan lebih intim dengan Allah selain dari Bunda maria dan utk jelas jawabannya silakan baca di http://forumimankristen.com/index.php/topic,84.0.html

=====

dari ketiga tipe penyembahan dan penghormatan orang katolik, maka dapat disimpulkan bahwa :
  • Maria TIDAK MENGAMBIL KEMULIAAN YANG HANYA UNTUK Allah Trinitas;
  • orang Katolik TIDAK BERIBADAH KEPADA MARIA;
  • orang Katolik TIDAK membuat persaingan antara Allah dan Maria;

semoga dengan ini menjadi jelas, dan dapat dimengerti bahwa orang Katolik TIDAK MENYEMBAH [i.e BERIBADAH] KEPADA MARIA..

Salam Damai,

Pembaptisan cara Percik/Sprinkling, Tuang/Pouring, atau Selam/Immersion

http://forumimankristen.com/index.php/topic,92.msg977.html#msg977


Matt 28:19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"
ini adalah pesan Yesus kepada Gereja-Nya, sebelum Yesus naik ke surga..

sebelum abad ke-18, tata cara pembaptisan baik itu selam, tuang dan percik bukanlah sesuatu yang menarik utk diperdebatkan.. tetapi setelah muncul klaim2 dari gereja2 yang mengatakan percik dan tuang tidak alkitabiah, maka issue ini menjadi menarik utk di perdebatkan..
===

seperti yang diketahui bahwa baptisan adalah Tradisi Yahudi [Nabi Yehezkiel] yang diteruskan sampai jaman Yohanes Pembaptis, Murid2 Yesus, dan sampai sekarang..
Ezekiel 36:25 KJV "Then will I sprinkle clean water upon you, and ye shall be clean: from all your filthiness, and from all your idols, will I cleanse you."

jika di terjemahkan ke versi Indonesia maka seperti ini :
Yehezkiel 36:25 "Aku akan menyiramkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu."

dengan demikian maka tradisi 'zaraq/penyiraman air bersih' utk mentahirkan dosa2 dan segala kenajisan sudah dikenal dalam tradisi Yahudi. kemudian apakah benar kata dasar bap-tid'-zo hanya diartikan 'Membenamkan diri scr full di dalam air'...????

mari kita liat :
  • Mark 7:4 "καὶ ἀπ' ἀγορᾶς ἐὰν μὴ βαπτίσωνται οὐκ ἐσθίουσιν, καὶ ἄλλα πολλά ἐστιν ἃ παρέλαβον κρατεῖν, βαπτισμοὺς ποτηρίων καὶ ξεστῶν καὶ χαλκίων"

    Mark  7:4 [KJV] "And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables."

    apakah jika org2 farisi sehari makan 3 kali maka 3 juga orang farisi tsb membenamkan diri di kolam? apakah setiap org farisi mempunyai kolam dirumah mereka masing2?  :)

    dari ayat tsb maka dapat disimpulkan bahwa bap-tid'-zo dapat diartikan mencuci/menyiram/membasuh..!
  • http://www.greekbible.com/index.php
    Luke 11:38 "ὁ δὲ Φαρισαῖος ἰδὼν ἐθαύμασεν ὅτι οὐ πρῶτον ἐβαπτίσθη"βαπτίζω,v  \{bap-tid'-zo}" πρὸ τοῦ ἀρίστου."
    Luke 11:38 [KJV] "And when the Pharisee saw it, he marvelled that he had not first washed before dinner."
    Lukas 11:38 TB "Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan."

    dari disini dapat ditarik kesimpulan bahwa babtis bukan hanya diartikan sebagai Membenamkan, bap-tid'-zo dapat diartikan mencuci/menyiram/membasuh..!

Dengan demikian maka baik Selam, Tuang dan Percik adalah tata cara baptis yang Alkitabiah..

Salam Damai,

Mendoakan orang mati dan 'Onesiforus telah wafat sblm surat 2 Timotius ditulis'

http://forumimankristen.com/index.php/topic,99.msg1196.html#msg1196

'issue mendoakan orang mati' adalah salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan pada Gereja-Nya di abad ke-15 yang dipelopori oleh Martin Luther dengan 'Sola Fide dan Sola Scriptura'-nya.
yang menjadi pertanyaan 'Apa betul mendoakan orang mati adalah Tidak Alkitabiah'..?
sebelum kita jawab ada baiknya kita bahas dulu dari berbagai aspek..

=================
Mendoakan orang mati adalah Tradisi yang sudah mendarah daging dalam kalangan Yahudi, hal ini dapat dilihat dari perlakuan Yudas Makabe kepada para prajuritnya yang gugur :
2 Makabe 12:44-45 
"Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka."

dan Tradisi ini diteruskan kepada Rasul dan Gereja Perdana dalam liturgy2 awal :
  • Divine liturgy of St. Mark [70 AD]
    The Deacon reads the record of the dead.
    The Priest bows and prays.
    XV. Give peace, O Sovereign Lord our God, to the souls of all who dwell in the tabernacles of Your saints. Graciously bestow upon them in Your kingdom Your promised blessing, which eye has not seen, and ear has not heard, nor has it entered into the heart of man what You, O God, have prepared for those who love Your holy name. Give peace to their souls, and deem them worthy of the kingdom of heaven.
  • Liturgy of Sts. Adaeus and Maris
    O Lord God Almighty, accept this oblation for the whole Holy Catholic Church, and for all the pious and righteous fathers who have been pleasing to You, and for all the prophets and apostles, and for all the martyrs and confessors, and for all that mourn, that are in straits, and are sick, and for all that are under difficulties and trials, and for all the weak and the oppressed, and for all the dead that have gone from among us; then for all that ask a prayer from our weakness, and for me, a degraded and feeble sinner. O Lord our God, according to Your mercies and the multitude of Your favours, look upon Your people, and on me, a feeble man, not according to my sins and my follies, but that they may become worthy of the forgiveness of their sins through this holy body, which they receive with faith, through the grace of Your mercy for ever and ever. Amen.

Jika saja teman2 protestan mau menerima ajaran2 yang terdapat dalam deuterokanonika dan menerima liturgy2 ilahi para rasul dan murid2nya, sudah terjawab bahwa 'mendoakan orang mati adalah alkitabiah dan sesuai dengan iman kristen'.. tetapi biasanya teman2 protestan menolak kitab di luar kanon mereka (39 PL + 27 PB), jika seperti ini maka dibutuhkan waktu lagi utk menjelaskan dasar alkitabiah mendoakan orang mati..

Rasul Paulus Mendoakan Onesiforus (i.e. YANG SUDAH MATI).
dalam surat terakhirnya sebelum Paulus menjadi martir di roma, Paulus pernah mendoakan sahabat yang juga muridnya yang sudah lebih dahulu meninggal yaitu Onesiforus..

kita lihat ayatnya:
2 Timotius 1:18 "Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepada-nya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku."
2 Timothy 1:18 [KJV] "The Lord grant unto him that he may find mercy of the Lord in that day: and in how many things he ministered unto me at Ephesus, thou knowest very well."


Di akhir suratnya Paulus memberikan salam kepada orang2 yang Paulus kasihi kecuali Onesiforus.
2 Timotius 4:19 "Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus."
2 Timothy 4:19 [KJV]  "Salute Prisca and Aquila, and the household of Onesiphorus."

secara nalar dapat disimpulkan bahwa Onesiforus sudah wafat pada saat 2 Timmotius ditulis, karena :
  • Paulus berbicara tentang Onesiforus dalam Kenangan [Lampau];
  • Paulus LUPA menyalami Onesiforus dalam surat terakhirnya sebelum Paulus dihukum mati;
  • Ketika salam- salam ditujukan kepada Prisca dan Aquila, dan dari Ebulus, Pudens, Linus dan Klaudia, namun sekali lagi hanya ‘keluarga Onesiforus’, dan bukannya Onesiforus sendiri yang diberi salam.

dan hal ini [i.e. Onesiforus dikatakan telah wafat sebelum surat 2 Timotius ditulis] diyakini oleh Para Ahli Kitab Suci Protestan seperti A.T. Robertson, Begel - Lutheran, Alford - Anglikan, Dave Amstrong [ex. reform], etc..

jadi dapat disimpulkan dari tulisan2 diatas jelas bahwa 'mendoakan orang mati' adalah pengajaran alkitabiah dan sesuai dengan Iman Kristen..

Tuhan Sertamu,

Dosa Berat dan Dosa Ringan dalam kaitanya dengan Purgatorium.

http://forumimankristen.com/index.php/topic,100.msg1276.html#msg1276

ada kata kiasan seperti ini : "tidak ada manusia yang sempurna"
kata2 ini 100% benar, tetapi sering kita dengar bahkan terkadang kita anggap sebagai angin lalu saja masuk kuping kiri keluar kuping kanan..

ketika saya terjemahkan ke dalam makna teologis maka kata kiasan ini akan bertubrukan dengan TUNTUTAN Allah yang meminta manusia 100% sempurna utk mendapatkan imbalan yang sempurna juga [i.e. surga]..
sungguh ironi bahwa Allah menciptakan manusia dengan segala ketidaksempurnaannya tetapi disisi lain Allah menuntut supaya manusia sempurna. bagaimana bisa seperti itu..? akhirnya dikasihlah contoh nyatanya, bahwa Putera-Nya dijadikan contoh bahwa kedagingan yang lemah pun bisa dituntun utk menjadi sempurna, Yesus-lah contoh konkretnya..


saya tidak mau panjang lebar membahas masalah Putera-Nya di trit ini, tapi yang saya mau bahas bagaimana jika kita tidak dapat mencapai full 100% sempurna seperti Yesus..? apakah artinya kita abadi menderita ke neraka..?
saya yakin bahwa Allah tidak mungkin menghukum SI A yang merampok seisi rumah dan memperkosa penghuninya, dengan SI B yang mencontek 1 soal dalam ulangan Matematika dengan hukuman/Dosa yang sama..
contoh diatas hanya kiasan..
Gereja Katolik membedakan antara Dosa Ringan dan Dosa Berat, dan pengajaran ini merupakan Dogma Gereja Katolik :
  • The souls of those who die in the condition of personal grievous sin enter Hell. (de fide);
  • The punishment of Hell lasts for all eternity. (de fide);
  • The souls of the just which, in the moment of death, are burdened with venial sins or temporal punishment due to sins, enter purgatory. (de fide)

dari dogma yang tidak bisa salah tersebut diambil kesimpulan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan dosa berat langsung masuk neraka abadi, dan orang yang meninggal dalam keadaan masih mempunyai dosa ringan masuk ke dalam purgatorium.
dengan iman yang orthodox hal ini tidak bisa salah [i.e. Infalibilitas]..!

 
Apa benar ada pengampunan di purgatorium..?
Dasar Alkitab :
Luk 12:58-59 "Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana , sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."
Mat 5:26 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."

Maksud penjara dalam Luk 12:58-59 dan pelunasan hutang dalam Mat 5:26 tsb tentu bukanlah penyiksaan abadi di neraka. karena jika orang yang sudah masuk neraka tidak akan bisa keluar lagi [bdk Mat 25:41]..



1 Yoh 5:16-17 "Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut."

dari ayat diatas diambil kesimpulan bahwa ada dosa yang mendatangkan maut dan ada dosa yang tidak mendatangkan maut..
bagaimana jika :
  • Si A meninggal dalam kondisi dosa yang mendatangkan maut => Neraka;
  • Si B meninggal dalam kondisi dosa yang tidak mendatangkan maut => Purgatorium,
    Karena surga adalah KUDUS tidak ada yang najis/dosa didalamnya [Why 21:27];

dari contoh :
untuk Si A sudah tutup buku dan tutup cerita, tetapi utk Si B Gereja di dunia masih dapat membatu agar proses pemurnian, penyempurnaan, penyucian lebih cepat yaitu dengan cara Misa Arwah, Indulgensi, perbuatan baik, Puasa, Ekaristi, etc..
hal ini ditegaskan kembali dalam 'De Fide/ Dogma' : The living Faithful can come to the assistance of the Souls in Purgatory by their intercessions.

jadi, jangan segan2 mendoakan saudara2 kita yang masih ada di purgatorium.. 


Tuhan Sertamu..

Selibat itu tidak alkitabiah..?

http://forumimankristen.com/index.php/topic,108.msg1387.html#msg1387

kadang tradisi selibat ini juga dituduh tidak alkitabiah oleh non-katolik, "kenapa para pastor dan biarawati katolik tidak menikah..? bukankah Selibat itu tidak alkitabiah..?"
ini yang menjadi menarik utk kita bahas lebih dalam..


saya mau membahasnya apakah "Selibat itu tidak Alkitabiah..?"
sebelum dijawab ada baiknya kita bahas dibawah ini..

Selibat berasal dari kata Latin “Caecibatus” yang berarti “hidup tidak menikah”. Tradisi Selibat ini sudah dikenal dalam tradisi Yahudi, dapat dilihat dari Hak 11:39 "Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak pernah kenal laki-laki"

dari ayat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tradisi Selibat sudah dikenal sejak Perjanjian Lama..


Pada Jaman Yesus bagaimana..?
Pada Jaman Yesus pun tidak berubah, bahwa selibat adalah hal yang Sakral.. seperti yang kita ketahui Yesus pun tidak menikah (Selibat), dan Selibat ini juga yang ditegaskan oleh Yesus melalui pengajarannya..
Mat 19:12 "Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Apakah semua murid Yesus semua Perjaka Ting2..? Tidak..
lalu bagaimana dengan ajaran selibat yang diajarkan Yesus..?
Matt 19:12 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"

Petrus telah meninggalkan segala sesuatunya utk menjadi penjala manusia, dan hal ini juga yang ditegaskan kembali oleh pengajaran Paulus :
1 Kor 7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
1 Kor 7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.

Paulus menganjurkan utk melayani Tuhan secara full, hendaklah orang itu hidup selibat, jadi perkawinan adalah sakral tetapi selibat juga lebih sakral..


Selibat bukan suatu pokok iman Katolik, melainkan tuntutan hukum Gereja yang mengatur cita-cita tentang hidup Pastor Katolik sesusai dengan keputusan Sinode Trullo pada tahun 692 dan ajaran ini bukanlah ajaran yang tetap..
tetapi jika ada non-katolik yang mempertanyakan Apakah Selibat Alkitabiah..?? TENTU SANGAT2 ALKITABIAH..!

tetapi kita tidak pernah tau apakah Tradisi selibat ini utk para Imam masih dapat berdiri sampai Yesus datang ke-2 utk menjemput Gereja-Nya, saya selalu berdoa utk ini..

Tuhan Sertamu..

Ke-Infalibilitasan Paus

http://forumimankristen.com/index.php/topic,109.msg1434.html#msg1434

Bagaimana mungkin Paus yang manusia tidak bisa salah..?
pertanyaan ini sering diucapkan oleh teman2 non-katolik kpd orang katolik bahkan saya sendiri sampai bosen menjawabnya dengan jawaban yang sama..

tapi tidak apa2, mungkin dgn menulis kembali disini dapat membantu teman2 yang non-katolik dalam memahami keinfalibilitasan paus (walaupun cuma kulitnya saja)..

kebanyakan non-katolik membantahnya dengan kalimat2 ini :
Non-Katolik : "Semua manusia bisa salah kecuali Yesus..!"
Jawab : sebetulnya pernyataan ini tumpang tindih, karena kita percaya Yesus adalah 100% manusia tetapi koq tidak bisa salah..!?

Non-Katolik : "karena tertulis dalam Kitab Suci..!"
Jawab : Paus dalam kesatuan dgn Gereja-Nya juga tidak bisa salah pun tertulis dalam Kitab Suci bahkan tertulis EXPLISIT dalam Matt 16:18, Matt 16:19, 1 Tim 3:15, Kis 15 (i.e. konsili Yerusalem)

Matt 16:18 "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Kefas dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Matt 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

1 Tim 3:15 "... yakni Gereja Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran."

Gereja yang diwarisi kepada Petrus tidak akan dikuasai oleh kegelapan/alam maut/kesesatan, dan berdiri sbg tiang penopang dan dasar kebenaran..


Non-Katolik : "tapi Petrus pernah dihadik dengan ucapan 'Enyahlah Iblis'..!"
Jawab : (utk menjawab ini kita liat pembahasan dibawah..)

kita bahas :
  • yang pertama infallibilitas Paus itu bukan berarti Paus bebas dari dosa; infallibilitas paus itu bukan berarti Paus bebas dari kesalahan2 hidup, bebas dari kesalahan logis, kesalahan politis, kesalahan sains, bahkan kesalahan2 theologis, dan semua kesalahan2 manusiawi lainnya;
  • 3 Syarat Infalibilitasan Paus yang tertera dalam Lumen Gentium 25 - konsili vatican II :
    - ex-cathedra [diatas Kursi Petrus, dalam kapasitasnya sebagai penerus St. Petrus]
    - menyangkut moral dan iman
    - mengikat semua umat beriman
    Jika ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka keputusan paus tidak infalible.

kita jawab pertanyaan yang ketiga :

ayatnya,
Matt 16:22 "Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Matt 16:23 "Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Jadi dengan pembahasan diatas bahwa Yesus menghadik Petrus dengan 'Enyahlah Iblis' karena Petrus tidak berdiri dalam posisi diatas kursi pengajaran, tidak menyangkut ajaran iman dan moral, serta ajaran yang dikeluarkan tidak mengikat pada seluruh umat beriman sehingga tidak infalible..


Tuhan sertamu..

*) tulisan ini dikembangkan dari tulisan bro ond32lumut..

'Mau apakah engkau dari pada-Ku, Perempuan..?' apakah artinya melecehkan..???

http://forumimankristen.com/index.php/topic,130.msg1650.html#msg1650

tulisan ini dikembangkan berdasarkan tulisan2 Scott Han, dan selebihnya aku menambahkan apa yang aku pikir perlu.

ayat Yohanes 2:1-11 bercerita tentang perkawinan kanna dimana Yesus melakukan mujijat yang pertama kali yang tercatat dalam Kitab Suci, ayat ini menurutku sungguh fenomenal karena menurut iman katolik ayat ini adalah ayat yang gamblang yang menjelaskan maria sebagai 'perantara' antara Yesus dgn yang punya hajat kawinan.
tetapi disini aku tidak mau panjang lebar menjelaskan posisi maria sbg perantara secara iman katolik, aku hanya mau membahas 'tindakan Yesus kepada maria yang di tuding melecehkan atau bahkan di-nilai kurang ajar oleh sebagian orang2 non-katolik', dan mengenai mengapa Yesus memanggil maria dengan sebutan 'perempuan' akan dibahas di trit yang terpisah lain waktu..

mari kita liat ayatnya yang yang dituding Yesus melecehkan Maria :
Yoh 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, Perempuan..? Saat-Ku belum tiba."
John 2:4 (KJV) Jesus saith unto her, Woman, what have I to do with thee..? mine hour is not yet come.
John 2:4 λεγει αυτη ο ιησους τι εμοι και σοι γυναι ουπω ηκει η ωρα μου
secara sekilas membandingkan dgn tata bahasa jaman modern ini memang kata2 diatas terkesan kasar, apalagi jika kita tidak mengetahui siapa Yesus [i.e yang tanpa dosa] tentu saja pemahaman Yesus melecehkan maria menjadi masuk akal, tetapi apakah benar Yesus melecehkan Maria..? Tentu tidak..

saya jabarkan alasannya :
  • Melecehkan manusia lain merupakan tindakan yang tidak terpuji [i.e. tindakan dosa], jika kita percaya Yesus tidak mungkin bersatu dengan Dosa, maka artinya dalam ayat tsb Yesus tidak sedang melecehkan maria;
  • Yesus tidak mungkin melecehkan maria, karena jika demikian Yesus akan melanggar salah satu dari sepuluh perintah Allah 'Hormatilah Orang Tua';
  • Kata2 'Mau apa engkau daripada ku' kemungkinan pada jaman Yesus adalah kata2 yang lumrah dan tidak mengindikasikan sedikitpun utk melecehkan lawan bicaranya. Kata2 yang identik seperti Yoh 2:4, juga tercatat dalam Kitab Suci yaitu peristiwa orang yang kerasukan Roh Jahat. dan kita percaya bahwa roh jahat tidak sedang melecehkan Yesus, melainkan malah menjalankan perintah Yesus;
  • Jika Yesus ingin melecaehkan maria tentu TIDAK AKAN TERJADI MUJIZAT DALAM PERKAWINAN KANA, tetapi nyatanya Yesus setuju dengan maria;

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yesus sama sekali tidak melecehkan Ibu-Nya, melainkan malah menghormati dan meninggikan maria dengan melakukan mujizat seperti yang maria minta..

Tuhan Sertamu..

Alkitab hanya mencatat Yesus memanggil maria dgn sebutan 'Perempuan'..??

http://forumimankristen.com/index.php/topic,136.msg1707.html#msg1707

sebagian orang2 non-katolik akan menyerang katolik terkait dengan judul ini, mereka menuduh 'Yesus saja sama sekali tidak menghormati maria bahkan merendahkan maria dgn tidak memanggil Ibu, kenapa kita harus menghormati maria..?'
kira2 seperti itu keberatan2 dari teman2 non-katolik..



mari kita liat apakah keberatan ini cukup beralasan atau tidak sama sekali :

Apakah Yesus tidak pernah memanggil maria dengan sebutan Ibu..?
Jawab : Tidak semua percakapan Yesus dan maria tercatat didalam Alkitab [bdk Yoh 20:30], rasanya tidak mungkin selama lahir sampai usia 30 tahun Yesus tidak pernah memanggil maria dengan sebutan 'Ibu'.

Apakah Yesus melecehkan maria karena tidak memanggilnya dgn 'Ibu' didepan umum..?
Jawab : sama sekali tidak, hal ini sudah saya kemukakan disini bahwa Yesus tidak mungkin melecehkan maria oleh karena Dia (i.e. Yesus) tidak memanggilnya sbg 'Ibu', dan Tradisi Yahudi memang tidak memperkenankan seorang anak dewasa memanggil orang tuanya dengan sebutan Ibu di depan hal layak umum.

tetapi perempuan yang ketahuan berbuat jinah pun dipanggil 'Perempuan' oleh Yesus..?
Jawab : Ketidakberdosaan Yesus tidak mungkin merendahkan/melecehkan orang lain hanya karena orang tsb ketangkap basah berjinah. Yesus memanggil orang yang ketangkap basah berjinah dgn sebutan 'Perempuan' bukan utk merendahkan orang tsb, apalagi membandingkan dengan Ibu-Nya sehingga merendahkan ibu-Nya juga.

====

Penulis Kitab Suci mencatat bahwa panggilan 'Perempuan' yang melekat pada maria karena Kitab Suci ingin mempararelkan antara Maria yang adalah Hawa Baru (Kejadian 3:16).
Hawa : Yang membawa Dosa ke dunia,
sedangkan,
Hawa Baru (Maria) : Yang membawa Sang Penebus Dosa lahir ke dunia.

hal ini dapat ditelusuri dari pengajaran St. Yohanes Rasul penulis injil yang di turunkan kepada St. Justin - Martyr dari Effesus (yang adalah murid Rasul Yohanes) :
“Christ became man by the Virgin that the disobedience which issued from the serpent might be destroyed in the same way it originated. Eve was still an undefiled virgin when she conceived the word of the serpent and brought forth disobedience and death. But the Virgin received faith and joy, at the announcement of the angel Gabriel…and she replied, “Be it done to me according you your word”. So through the mediation of the Virgin he came into the world, through whom God would crush the serpent.”

dengan demikian maka keberatan sebagian orang non-katolik adalah tidak ber-alasan, karena Yesus memanggil maria dengan sebutan 'Perempuan' bukan utk merendahkan maria, melainkan utk meninggikan maria dgn mempararelkan maria yang adalah HAWA BARU.

Tuhan Sertamu..

Ratu Surga (Regina Caeli - Gabirah)

http://forumimankristen.com/index.php/topic,138.msg1739.html#msg1739


Ratu Surga/ Regina Caeli adalah gelar yang diberikan kepada Maria sbg konsekuensi dari konsili ekuimenis effesus (i.e. maria sebagai Bunda Allah, Theotokos), Ratu Surga yang melekat pada maria diimani oleh orang Katolik dan Orthodox juga sebagian orang protestan.


Dasar2 kenapa maria disebut sbg Bunda Ratu :
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah yang hidup diantara bangsa2 dikawasan timur tengah kuno dan bangsa2 lain disekitarnya pada umumnya menganut sistem yang dipimpin oleh seorang raja/monarki, kemudian bangsa Israel merengek2 kepada Allah melalui Nabi Samuel supaya ada raja diantara mereka [i.e. bangsa Israel] 1 Sam 8:19-20 "Harus ada raja diantara kami supaya kami pun sama dengan bangsa - bangsa lain", Allah mengabulkan permintaan bangsa Israel utk mempunyai raja baginya supaya seperti bangsa2 lain dikawasan Timur Tengah. Tetapi harus demi kemulian-Nya dan seturut penyelenggaraan ilahi, kerajaan Israel HARUS menjadi gambaran Kerajaan Allah.

Di timur tengah kuno yang menganut sistem kerajaan yang di perintah oleh seorang raja, kebanyakan kebudayaan di sana menganut poligami; dengan demikian seorang raja banyak memiliki istri. hal ini menimbulkan masalah seperti siapa [i.e. istri yang mana] yang akan dihormati rakyat sebagai ratu? dan siapa anak dari ratu yang mana yang akan mewarisi tahta kerajaan? untuk menghindari masalah2 tsb maka kebiasaan kebudayaan di timur tengah pada jaman kuno : Perempuan yang dihormati sebagai ratu adalah ibunda raja, bukan Istri pertama atau kedua atau ketiga dari raja atau istri2 raja selanjutnya.
Sistem Kerajaan Israel mengikuti model dari negara-negara tetangga, mereka mendirikan sebuah dinasti, sebuah sistem legal dan penasehat - seorang Bunda Ratu (Gabirah). ini ditemukan dalam dinasti Daud yang anaknya [i.e. salomo] memerintah sebagai raja bersama Batsyeba - ibu kerajaan atau gebirah, hal ini dilanjutkan sampai Nehushta (Ibu raja Yoyakhin).

Gebirah lebih dari sekedar gelar; gebirah adalah suatu jabatan dengan wewenang yang nyata, hal ini dapat dilihat dari 1 Raj 2:19 "Maka, Batsyeba masuk menghadap Raja Salomo untuk bicara kepadanya atas nama Adonia. Lalu bangkitlah raja menyambutnya serta menyembah kepadanya; kemudian duduklah raja diatas tahtanya dan salomo menyuruh meletakan kursi untuk bunda ratu, lalu perempuan itu duduk disebelah kanan raja"

Ibu Kerajaan/Sang Bunda adalah sosok yang unik dalam kerajaan, bahkan raja pun sangat menghormati bunda raja dengan berdiri ketika bunda raja datang dan raja mempersilakan bunda raja duduk disebelah kanan tahta raja. Karena begitu pentingnya sosok bunda ratu maka Adonia pun memohon pengantaraan Batsyeba utk meneruskan permintaannya kepada raja Salomo (Adonia berkata, "Bicarakanlah kiranya dengan raja Solomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu!" [1 Raj 2:17]), hal  ini adalah keunikan yang dimiliki oleh bunda raja dan hal ini tidak dimiliki oleh yang lain. tetapi apakah peran bunda raja mempengaruhi status raja..? tentu tidak, yang harus di ingat kekuasaan raja dan otoritas raja sama sekali tidak terancam oleh [bunda raja], karena Solomo tetaplah sang raja. Sang bunda duduk di sebelah kanan Solomo, bukan sebaliknya; dan raja menghargai permintaan sang bunda bukan karena kewajiban legal yang mengikat, tapi karena kasih seorang putra kepada bundanya.

Lalu apa kaitannya dengan Maria..?
Allah telah berjanji kepada daud bahwa dari tunasnya-lah Allah akan memulihkan kerajaan Israel yang telah lama terpecah2, Allah akan menyatukan kembali keduabelas suku bangsa israel kedalam kerajaan daud yang telah dipulihkan. Dimana Anak Allah sendiri yang akan menjadi raja atas Israel memerintah dengan gada besi, Allah akan memberikan Kunci kerajaan daud yang telah dipulihkan kepada Tunas dari daud tsb.
Tunas daud yang dijanjikan oleh Allah tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus SANG RAJA SURGA, yang lahir dari garis keturunan daud, yang mewarisi kedagingan daud.

hal ini juga diteruskan melalui pengajaran Bapa Gereja :
St. Athanasius (296-373): “Jika Sang Anak adalah Raja, maka ibu yang melahirkan-Nya adalah layak dan sungguh pantas disebut sebagai Ratu dan yang berkuasa.”

St. Andreas dari Krete (abad ke 7)
: “Bunda-Nya yang tetap perawan yang dari rahimnya, Tuhan mengambil rupa manusia, kini dipindahkan oleh-Nya dari tempat tinggalnya di dunia menjadi Ratu umat manusia.”

maka seperti yang sudah saya sebut diatas bahwa Ratu Surga adalah konsekuensi yang harus ditanggung maria, karena maria adalah IBU SANG RAJA SURGA..

Tuhan Sertamu..

pengantaraan Para Kudus bertentanggan dengan pengantaraan Yesus (1 Tim 2:5)..??

http://forumimankristen.com/index.php/topic,154.msg1898.html#msg1898

alasan ini sering kita baca dan dengar dari sebagian orang non-katolik yang mempertentangkan 'pengantaraan para kudus', mereka yang menolak 'perantaraan' biasaya akan mempertentangkan dengan ayat 1 Tim 2:5, sebetulnya agak tumpang tindih jika menolak perantaraan doa para kudus karena menganggap berbenturan dengan pengantaraan Yesus.. kenapa saya katakan tumpang tindih karena pengantaraan Yesus bukan dalam hal mendoakan sperti yang para kudus lakukan..

utk lebih lanjutnya mari kita bahas dalam Alkitab terjemahan bahasa inggris karena dalam bahasa inggris mediator, through, intercessions diterjemahkan kedalam bahasa indonesia 'Perantaraan' dan dari sini justru celakanya..
supaya lebih jelas mari kita mulai pembahasannya yang pertama pengantaraan Yesus :
1 Tim 2:5 KJV 'For there is one God, and one mediator between God and men, the man Christ Jesus'
1 Tim 2:5 ERV 'There is only one God, and there is only one way that people can reach God. That way is through Christ Jesus, who as a man'
1 Tim 2:5 NCV 'There is one God and one mediator so that human beings can reach God. That way is through Christ Jesus, who is himself human.'

kedua pengantaraan para kudus :
1 Tim 2:5 KJV "I exhort therefore, that, first of all, supplications, prayers, intercessions, and giving of thanks, be made for all men;"

dari kedua ayat diatas maka kita dapat melihat bahwa perantaraan Yesus dan perantaraan para kudus itu berbeda.
Yesus adalah mediator (perantara) yg mendamaikan Allah dan manusia, sedangkan para kudus adalah intercessor (perantara) yg secara kasar dapat diibaratkan sebagai stasiun penghubung & penguat sinyal dalam jaringan telekomunikasi.

Berdoa dengan perantaraan Yesus berbeda artinya dengan berdoa dengan perantaraan para kudus.
Berdoa dengan perantaraan Yesus, artinya kita berdoa kepada Allah dalam hubungan intim yg telah didamaikan oleh Yesus. Berdoa dengan perantaraan para kudus artinya kita minta didoakan kepada Allah.

dalam teks doa bahasa Inggris, kita selalu berdoa: "we pray through CHRIST"
sedangkan,
perantaraan para kudus kita berdoa : "we pray with intercession of the saints".

Kedua kalimat ini tidak interchangeable, kita tidak pernah berdoa "we pray with intercession of CHRIST" ataupun "we pray through the saints". Dari sini sudah kita lihat bahwa konsep perantaraan Yesus dan para kudus adalah berbeda.

Tuhan sertamu,

*) Note : di kutip dan dikembangkan dari tulisan bro Jenova..

Yesus mewarisi kedagingan maria..??

http://forumimankristen.com/index.php/topic,162.msg1934.html#msg1934

kita sering mendengar dari rekan2 non-katolik yang menyatakan 'maria hanya alat', apakah benar demikian bahwa Allah hanya menjadikan maria sebagai alat supaya Allah lahir kedunia..?
rasanya terlalu berani jika kita berkata 'maria hanya sebatas alat', saya menilai pandangan ini hanya pandangan konyol yang hanya memandang maria seperti botol kecap ketika sudah selesai maka botol kecap itu akan dibuang..
kalau demikian bagaimana nasib kita sedangkan bunda-Nya saja hanya dipandang sbg botol kecap, apalagi dengan kita lebih rendah lagi dari sebotol kecap yang telah kosong..

pandangan maria tidak mempunyai andil apa2 dalam kemanusiaan Yesus sesungguhnya adalah ajaran yang salah dan di-bidatkan oleh murid rasul Yohanes; St. Ignatius Antioch "adalah keturunan Daud menurut daging …. bahwa Ia adalah sungguh- sungguh dilahirkan oleh seorang perawan”, hal ini juga diajarkan oleh St. irenaeus, Tertulianus, St. Augustine Hippo, St. Thomas Aquinas.

Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia, Yesus mengenakan Kemanusian maria agar serupa dengan maria, serupa dengan saya dan serupa dengan kita semua.

Dasar Alkitabiah:
  • 2 Sam 7:12 'Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.'

    Ayat ini adalah janji Allah kepada Daud, bahwa Allah akan membangkitkan Keturunan, Anak kandung dari Daud dan mengokohkan kerajaan-Nya. Anak kandung dan Keturunan-Nya itu adalah Yesus, dan ini telah digenapi bahwa Allah memilih Ibu-Nya dari keturunan Daud, dan dalam Maria mengalir darah dan daging Daud.
  • Rom 1:3 TB 'tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud'
    Rom 1:3 KJV 'Concerning his Son JESUS CHRIST our Lord, which was made of the seed of David according to the flesh'
    Rom 1:3 'περι του υιου αυτου του γενομενου εκ σπερματος δαβιδ κατα σαρκα'
    translate 'peri tou huiou autou tou genomenou ek SPERMATOS DAUID kata sarka'

    γενομενου/genomenou/genealogy dalam tata bahasa yunani harus keturunan genetis sesuai dengan Nubuat 2 Sam 7:12, juga σπερματος δαβιδ/SPERMATOS DAUID/the seed of David dalam tata bahasa yunani mengacu pada keturunan secara benih/daging.
  • Luk 1:42 'lalu berseru dengan suara nyaring: Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.'
    'Buah' adalah bagian dari pohon (induknya), sama halnya dengan buah/fruit yang mengenakan kedagingan dari pohonnya.

Dengan demikian maka terjawablah kenapa Allah memilih utk dilahirkan oleh perawan yang mewarisi darah daud (i.e. maria) agar nubuat 2 Sam 7:12 tergenapi. dan Tunas Daud yang anak kandung daud bukan sekedar Anak Kandung K.T.P. melainkan Anak Kandung yang secara genetik mengalir darah dan daging daud didalam-Nya.

Tuhan berserta kita,

Galileo atau Copernicus..??

http://forumimankristen.com/index.php/topic,170.msg1974.html#msg1974

heliocentric adalah pandangan atau cabang ilmu astronomi yang mengajarkan dimana Matahari sebagai pusat tata surya, atau semua planet2 mengelilingi matahari, pandangan ini di cetuskan oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543)..

bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap pandangan baru ini yang timbul pada abad ke 15-16 ini..?
Gereja katolik tidak menentang pandangan ini, GK hanya melihat bahwa Heliosentris hanya sebatas Hipotesa, bahkan Cardinal Schonberg membantu mempublikasi pandangan heliosentris yang dicetuskan oleh Copernicus ini :
http://www.newadvent.org/cathen/04352b.htm
"Three years later Copernicus was urged by Cardinal Schonberg, then Archbishop of Capua, in a letter, dated at Rome, 1 November, 1536, to publish his discovery, or at least to have a copy made at the cardinal's expense."



Karena publikasi yang dilakukan oleh Copernicus dengan bantuan Gereja katolik menimbulkan ketertarikan bagi astronom2 pada jaman tsb terhadap teori Heliosentris yang dicetuskan oleh Copernicus ini.. salah satu Astronom yang tertarik terhadap teori ini adalah Galileo (1564-1642) yang bersikeras walaupun tidak memenuhi standard science pada saat itu, galileo tetap tidak dapat membuktikan teori2 yang berkaitan dengan teori yang dicetuskan oleh Copernicus tetapi tetap  bersikeras bahwa teorinya adalah benar.
umat dihadapkan pada kebingungan besar pada akhirnya Gereja membuat kesepakatan dengan Galileo dalam upaya tidak menimbulkan kebingungan dikalangan umat, bahwa Heliosentris tidak dapat dibuktikan dengan standard pada waktu itu sehingga Galileo harus mencabut kata2nya dan Galileo berjanji tidak akan mengajarkan teori yang masih membingungkan umat ini.

Pada Tahun 1632 Galileo mengingkari janjinya, Galileo mempublikasi pandangan 'heliosentris' kepada umat, sebagai akibatnya Galileo dihadapkan pada tim investigasi Gereja pada akhirnya dijadikan tahanan rumah oleh Gereja Katolik. Gereja Katolik memperlakukan Galileo dengan baik selama dalam tahanan rumah bahkan Gereja Katolik memberikan berkat kepada Galileo Jenasahnya dikuburkan di Gereja Santa Croce, Florence.
http://www.newadvent.org/cathen/06342b.htm

dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Gereja Katolik tidak kuno, tidak anti ilmu pengetahuan atau tidak kolot. Hal ini dapat dibuktikan bahwa GK membantu mempublikasi karya Copernicus (i.e. sang pencetus teori heliosentris), tetapi GK juga tidak membenarkan 'hipotesa' tanpa didasarkan pada standard yang berlaku pada saat itu tetapi dinyatakan sbg kebenaran yang absolut..

Tuhan Berserta Kita,

*) Note : Kasus Galileo ini tidak ada hubungannya dengan ke-infalibilitasan paus..

St. Jerome VS Helvidus

http://forumimankristen.com/index.php/topic,548.msg10951.html#msg10951

Pernah terbersit dalam benak saya 'kenapa Keperawanan maria yang sudah terjadi berabad2 yang lalu masih bisa di ubah2, sekarang menjadi tidak perawan padahal sampai abad ke 16 masih perawan'..? begitu pula dengan keberatan2 yang lain dapat di rubah sesuai keinginan si penafsir Alkitab..
Keberatan akan keperawanan abadi bunda maria mulai dipertentangkan pada saat itu (Helvidus), dan muncul lagi pada abad ke-16 seiring bergejolaknya gerakan reformasi. Semua keberatan2 yang Helvidus kemukakan sesungguhnya tidak mendasar dan itu sudah dijawab tuntas oleh St. Jerome (i.e. seorang teolog Kitab Suci mumpuni pada jamannya).


seperti apa keberatan yang diulang2 tsb sampai hari ini :
Mat 13:55
Helvidus : mempunyai kesimpulan bahwa maria mempunyai anak selain Yesus, karena dalam ayat Matt 13:55, Mrk 6:3 menyebutkan kata 'Saudara/adelphos'-nya Yesus.

St. Jerome menjelaskan bahwa kata 'Saudara/adelphos'-nya sama sekali tidak dapat membenarkan bahwa maria mempunyai anak selain Yesus, Matt 13:55, dan Markus 6:3 menyebutkan 'Saudara/adelphos'-nya karena keterbatasan tata bahasa 'Ibrani kuno' yang digunakan oleh pada Jaman Yesus yang tidak mengenal kata sepupu hal ini dapat dilihat dari Kej 14:14 dimana tertulis Lot sbg 'Saudara/adelphos' Abraham.

LXX Gen 14:14 ἀκούσας δὲ Αβραμ ὅτι ᾐχμαλώτευται Λωτ ὁ ἀδελφὸς (adelphos) αὐτοῦ ἠρίθμησεν τοὺς ἰδίους οἰκογενεῖς αὐτοῦ τριακοσίους δέκα καὶ ὀκτώ καὶ κατεδίωξεν ὀπίσω αὐτῶν ἕως Δαν
Jadi keberatan Helvidus yang menyatakan karena Matt 13:55 menyebutkan kata 'saudara/adelphos' utk membenarkan maria mempunyai anak selain Yesus adalah tidak mendasar..!

=====

Lukas 2:7 "dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang "sulung", lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Helvidus mempunyai kesimpulan bahwa maria mempunyai anak selain Yesus, karena dalam ayat Luk 2:7 menyebutkan kata 'Sulung'.

St. Jerome menjelaskan bahwa kata 'Sulung' sama sekali tidak dapat membenarkan bahwa Yesus sbg anak tertua sehingga disimpulkan Yesus mempunyai adik2 dari ibu yang sama (i.e. Maria), 'Sulung' adalah anak pembuka rahim sang ibu tidak perduli si anak punya adik atau tidak anak tsb tetaplah anak sulung..
Exodus 13:2 [KJV] Sanctify unto me all the firstborn, whatsoever openeth the womb among the children of Israel, [both] of man and of beast: it [is] mine.

'Sulung' juga dapat diartikan hak istimewa yang melekat pada Yesus sebagai pewaris tahta/hak istimewa Daud dimana Yesus dilahirkan oleh seorang perawan yang didalamnya mengalir darah Daud (i.e. Maria)..
Jadi keberatan Helvidus yang menyatakan karena Lukas 2:7 menyebutkan kata 'Sulung' utk membenarkan Yesus mempunyai adik2 dari rahim yang sama adalah keberatan yang tidak mendasar, karena anak pertama tsb mau punya adik kandung atau tidak dia tetaplah anak pembuka rahim ibu-nya..!

=====

Mat 1:24-25: Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Helvidus menitikberatkan pada kata "sampai" sehingga disimpulkan bahwa setelah melahirkan maka Yusuf dan Maria melakukan persetubuhan.

alasan yang terkesan memaksa ini dengan mudahnya di patahkan oleh St. Jerome yang menjelaskan bahwa Alkitab menjelaskan kata "sampai" tidak berarti bhw kejadian 'sampai' satu titik tertentu maka setelah itu terjadi kebalikannya..
  • Matius 28:20 " ….Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." => tentu tidak ada seorang kristen pun yang mengatakan bahwa setelah akhir jaman maka Yesus tidak menyertai murid2-Nya..!

  • 1 Kor 15:25 "Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya." => tentu tidak ada seorang kristen pun yang mengatakan bahwa setelah Bapa meletakan semua musuh-Nya di bawah kaki Yesus maka Yesus tidak lagi menjadi Raja..!

Jadi keberatan Helvidus akan keperawanan Maria karena Matius 1:25 menyebutkan kata 'Sampai' utk membenarkan bahwa Yusuf melakukan hubungan badan dengan Maria setelah kelahiran Yesus adalah keberatan yang tidak mendasar, karena Alkitab tidak menyatakan bahwa setelah "titik sampai tersebut" maka terjadi kebalikannya..!

*) Note
Matt 1:25 "καὶ οὐκ ἐγίνωσκεν αὐτὴν ἕως οὗ ἔτεκεν υἱόν: καὶ ἐκάλεσεν τὸ ὄνομα αὐτοῦ Ἰησοῦν."
Dalam terjemaan LAI kata ἐγίνωσκεν [ginosko] di terjemahkan sbg 'bersetubuh' padahal dalam terjemahan inggrisnya diterjemahkan sbg 'know,knew' Matt 1:25 "and knew her not till she had brought forth a son, and he called his name Jesus".. yang saya ingin sampaikan adalah sangat sulit mengaitkan bahwa kata dalam tata bahasa Yunani  ἐγίνωσκεν [ginosko] di kaitkan sbg hubungan suami istri..!

=======

Masih banyak pengajaran St. Jerome yang meluruskan pandangan Helvidus tetapi karena keterbatasan waktu maka tidak dapat dibahas satu persatu di disini..
ada suatu tanda tanya besar yang harus di renungkan oleh orang2 yang menolak pandangan St. Jerome ttg keperawanan abadi maria, TETAPI di sisi lain mereka setuju dgn St. Jerome yang meragukan deuterokanonika (walaupun pada akhirnya St. Jerome menerima Deuterokanonika)..
Tuhan Berserta Kita..

Rabu, 04 April 2012

Siapa 'rock' (Batu Karang) dalam Matius 16:18..? lalu apa kaitannya dengan Gereja Katolik..?


yang harus digarisbawahi adalah sebelum Matius 16:18 diucapkan, Yesus telah memberi nama untuk Simon bar Jonah menjadi Petrus/Batu Karang/Kefas/Rock pada John 1:42. 


John 1:42 (KJV) "And he brought him to Jesus. And when Jesus beheld him, he said, Thou art Simon the son of Jona: thou shalt be called Cephas, which is by interpretation, A stone."
Yoh 1:42 LAI "Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."


umumnya keberatan non-katolik terkait pada tata bahasa Yunani pada Matius 16:18 yang mengacu pada Petrus karena frase yang pertama mengunakan Petros dan frase kedua mengunakan Petra;
Matt 16:18 "κἀγὼ δέ σοι λέγω ὅτι σὺ εἶ Πέτρος, καὶ ἐπὶ ταύτῃ τῇ πέτρᾳ οἰκοδομήσω μου τὴν ἐκκλησίαν, καὶ πύλαι ἅ|δου οὐ κατισχύσουσιν αὐτῆς."


seperti yang kita ketahui bahwa tata bahasa Yunani mengenal perbedaan gender bahkan untuk benda mati, karena Petros untuk maskulin sedangkan Petra untuk feminin maka keberatan tsb tidak mendasar. Kemudian pada jaman Yesus bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Aram patut dicatat bahwa Kefas/Kepha adalah bahasa Aram yang Artinya Batu Karang.

"transkrip" percakapan di atas itu dibaca sbb:


ʾapi ʾenaʾ ʾamar ʾ݈naʾ laki d݁aʾna݈t݁ h݈o k݁ēʾpiaʾ wʿal hadiēʾ k݁ēʾpiaʾ ʾebinēyh lʿēd݈݁et݁y wtiarʿēʾ d݁asheyol laʾ nekḥesnoonah


"dan akupun berkata kepadamu: engkau adalah batu karang dan di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." karena frase "batu karang" yg pertama itu digunakan utk menyebut sebuah nama julukan yg diberikan YESUS kpd Simon bar-Yonah, maka frase itu akhirnya tidak diterjemahkan sesuai artinya tetapi tetap dituliskan sesuai dgn pengucapannya, yaitu: "Kepha". jadi kalimat itu pada akhirnya terbaca demikian . "dan akupun berkata kepadamu: engkau adalah Kepha dan di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya". 
ini absolut dan tidak terbantahkan, bahkan banyak Ahli Kitab Suci protestan pun mengatakan hal yang sama Pengakuan Ahli Kitab Protestan bahwa Matius 16:18 mengacu pada Simon Bar Jonah.


berdasarkan Dogma Gereja Katolik::
VI. The Catholic Church 
  • The Catholic Church was founded by the God-Man Jesus Christ.
  • Christ appointed the Apostle Peter to be the first of all the Apostles and to be the visible Head of the whole Catholic Church, by appointing him immediately and personally to the primacy of jurisdiction.
  • According to Christ's ordinance, Peter is to have successors in his Primacy over the whole Catholic Church and for all time.
  • The successors of Peter in the Primacy are the Bishops of Rome. 
  • Christ founded the Catholic Church.
  • Christ is the Head of the Catholic Church. 

Menurut pengajaran Bapa Gereja awal bahwa Petrus dan keutamaannya [i.e. pengembalaan utama] kepada penerusnya di dalam Gereja Katolik:

St. Yustinus Martir (100- 165) “Sebab [Kristus] memanggil salah satu murid-Nya- yang dulunya dikenal dengan nama Simon- sebagai Petrus; sebab ia mengenali-Nya sebagai Kristus, Anak Allah yang hidup, dengan wahyu dari Allah Bapa: dan sejak itu kita menemukannya terekam di dalam ingatan para rasul-Nya bahwa Ia [Kristus] adalah Anak Allah….”

 

Paus St. Soter (166- 174) “Sebab dari semula, sudah menjadi kebiasanmu untuk berlaku baik terhadap semua saudara seiman dalam berbagai cara, dan untuk mengirimkan bantuan kepada banyak gereja di setiap kota. Dengan demikian membantu mereka yang membutuhkan… engkau, Gereja Roma, mempertahankan tradisi jemaat ini, yang oleh Uskupmu yang terberkati, Soter … tidak hanya dipertahankan melainkan dilengkapi, untuk memenuhi kebutuhan para orang kudus, dan menghibur saudara/i yang di luar negeri [di luar Roma] dengan perkataan berkat, sebagai bapa yang mengasihi anak- anaknya.”. 

 

St. Pothinus, Uskup Lyons (77-177) “Kami berdoa, Bapa Eleutherus, agar engkau dapat bergembira di dalam Tuhan dalam segala sesuatu dan selalu. Kami memohon kepada saudara kami dan saudara Irenaeus untuk membawa surat ini kepadamu, dan kami mohon kepadamu untuk menghargainya sebagai seseorang yang bersemangat bagi perjanjian Kristus. Sebab jika jabatan [uskup] dapat menyampaikan kebenaran kepada seseorang, kita harus menugaskan dia [Irenaeus] di antara yang pertama sebagai penatua Gereja…”[8]. Pothinus akhirnya wafat secara mengenaskan oleh penganiayaan di bawah penguasa Roma, Marcus Aurelius. Perhatikan bahwa di surat ini Pothinus memanggil Eleutherus dengan sebutan Bapa, yang merupakan permohonan kepada Roma agar tidak mentolerir heresi Montanism, yaitu dengan merekomendasikan calon uskup Lyon yang baru yang sangat anti ajaran sesat, yaitu Irenaeus." 

 

St. Irenaeus (180) “Karena … adalah terlalu panjang untuk dibahas di buku ini, untuk menuliskan suksesi [jalur apostolik] dari semua Gereja- gereja, kami menyalahkan mereka semua yang, dengan cara apapun, entah karena kesenangan diri sendiri yang jahat, karena mencari kemuliaan diri sendiri, atau karena ketidaktahuan dan pendapat yang keliru, bergabung dengan pertemuan- pertemuan yang tidak sah; [kami melakukan ini, aku mengatakan] dengan menunjukkan bahwa tradisi diperoleh dari para rasul, dari Gereja yang sangat besar, sangat tua, sangat luas dikenal sebagai Gereja yang didirikan dan dipimpin di Roma oleh kedua Rasul yang mulia, Petrus dan Paulus; sebagai iman yang dikhotbahkan kepada manusia, yang sampai kepada jaman kita oleh karena suksesi para uskup. Sebab adalah suatu kepastian bahwa setiap Gereja harus setuju dengan Gereja ini [Gereja Roma], oleh karena otoritasnya yang utama (pre-eminent authority (Inggris) / propter potiorem principalitatem (Latin), yaitu atas semua umat beriman di manapun berada, sepanjang tradisi apostolik telah dipertahankan oleh mereka [para uskup] yang ada di mana- mana.” 
“Pada masa Klemens, terjadi pertengkaran yang tidak kecil di antara jemaat di Korintus, Gereja Roma mengirimkan surat yang sangat berkuasa kepada Gereja Korintus, mendorong mereka agar berdamai, memperbaharui iman mereka, dan menyatakan tradisi yang telah diterimanya dari para rasul …. dari dokumen ini, siapapun yang mau, … dapat memahami tradisi apostolik Gereja, sebab Surat ini [surat Klemens] ada lebih dahulu daripada mereka yang sekarang menyebarluaskan ajaran sesat….  Klemens dilanjutkan dengan Evaristus, Allexander mengikuti Evaristus, lalu keenam dari para rasul, Sixtus, … sesudahnya, Teleforus yang menjadi martir; lalu Hyginus; sesudahnya, Pius; lalu sesudahnya Anicetus. Soter setelah melanjutkan Anicetus; Eleutherius, sekarang, di tempat ke duabelas dari para rasul… Dengan urutan ini, dan oleh suksesi ini, tradisi Gereja dari jaman para rasul dan pewartaan kebenaran dapat diturunkan kepada kita. Dan ini adalah bukti yang paling kuat bahwa terdapat iman yang satu dan sama, yang telah dijaga di dalam Gereja dari jaman para rasul sampai sekarang, dan diturunkan di dalam kebenaran.”

St. Klemens dari Alexandria (190-210) “Oleh karena itu, setelah mendengarkan perkataan itu, Rasul Petrus yang terberkati, yang terpilih dan yang utama, yang pertama dari para murid, yang hanya kepadanya Tuhan Yesus sendiri menghormatinya [Mat 17:27], dengan cepat menangkap dan memahami perkataan tersebut.”

 

Tertullian (160-225) “Apakah ada yang ditahan dari pengetahuan Petrus, yang dipanggil, ‘batu karang yang atasnya Gereja akan didirikan’, yang juga memperoleh ‘kunci-kunci kerajaan surga,’ dengan kuasa, ‘melepas dan mengikat di surga dan di bumi?” 

 

Origen (185- 254) "Petrus, yang di atasnya dibangun Gereja Kristus, yang tidak akan dikalahkan oleh alam maut, meninggalkan hanya satu Surat ….” “Lihatlah pondasi Gereja yang kuat, batu karang yang besar dan kokoh itu, yang kepada siapa Kristus mendirikan Gereja-Nya!…” “Meskipun ada banyak orang yang percaya bahwa mereka sendiri memegang ajaran Kristus, namun ada di antara mereka berpikir lain daripada para pendahulu mereka. Ajaran Gereja telah memang diturunkan melalui urutan suksesi dari para rasul, dan tetap ada di Gereja bahkan sampai sekarang…”

 

St. Cyprian dari Carthage (258) Tuhan berkata kepada Petrus: “Aku berkata kepadamu,” Ia berkata, ‘bahwa engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Dan kepadamu aku akan memberikan kunci Kerajaan Surga: dan apapun yang kamu ikat di dunia akan terikat di surga dan apapun yang kamu lepaskan di dunia akan terlepas di Surga.” Dan lagi Ia berkata kepadanya setelah kebangkitan-Nya, “Gembalakanlah domba- domba-Ku.” Atasnya Ia mendirikan Gereja-Nya, dan kepadanya Ia memberikan perintah untuk menggembalakan domba- domba-Nya; dan meskipun Ia memberikan kuasa serupa kepada semua rasul-Nya, namun Ia mendirikan [hanya] satu kursi kepemimpinan; dan Ia mendirikan dengan kuasa-Nya sendiri sebuah sumber dan alasan mendasar untuk kesatuan itu. Memang para rasul yang lain ada di mana Petrus berada, namun keutamaan diberikan kepada Petrus, di mana sudah dinyatakan dengan jelas bahwa hanya ada satu Gereja dan satu kursi kepemimpinan. Demikian pula, semua gembala dan kawanan dombanya dinyatakan satu, yang diberi makan oleh semua Rasul dengan pemikiran yang satu. Jika seseorang tidak berpegang pada kesatuan dengan Petrus ini, dapatkah ia membayangkan bahwa ia masih memegang iman? Jika ia mengabaikan kursi kepemimpinan Petrus yang atasnya Gereja didirikan, dapatkah ia masih yakin dan percaya bahwa ia berada di dalam Gereja?”

Hanya ada satu Tuhan dan satu Kristus, dan satu Gereja dan satu kursi kepemimpinan yang didirikan di atas Petrus, oleh perkataan Tuhan Yesus. Tidaklah mungkin untuk membangun altar yang lain atau imamat yang lain di samping altar yang satu dan imamat yang satu itu. Siapapun yang berkumpul di luar kesatuan itu, akan tercerai berai.”


Tuhan berserta kita..

catatan kaki:
dikembangkan dari apology Deogratia (salah satu netter Katolik di Forum Kristen). 
http://www.theworkofgod.org/dogmas.htm
http://katolisitas.org/7388/keutamaan-petrus-5-dalam-gereja-di-lima-abad-pertama

Selasa, 03 April 2012

The Roman Catholic Church Dogmas

Daftar dogma menurut Dr. Ludwig Ott dalam bukunya “Fundamentals of Catholic Dogma”

I. The Unity and Trinity of God

  1. God, our Creator and Lord, can be known with certainty, by the natural light of reason from created things.
  2. God’s existence is not merely an object of rational knowledge, but also an object of supernatural faith.
  3. God’s Nature is incomprehensible to men.
  4. The blessed in Heaven possess an immediate intuitive knowledge of the Divine Essence.
  5. The immediate vision of God transcends the natural power of cognition of the human soul, and is therefore supernatural.
  6. The soul, for the immediate vision of God, requires the light of glory.
  7. God’s Essence is also incomprehensible to the blessed in Heaven.
  8. The divine attributes are really identical among themselves and with the Divine Essence.
  9. God is absolutely perfect.
  10. God is actually infinite in every perfection.
  11. God is absolutely simple.
  12. There is only one God.
  13. The one God is, in the ontological sense, the true God.
  14. God possesses an infinite power of cognition.
  15. God is absolute veracity.
  16. God is absolutely faithful.
  17. God is absolute ontological goodness in Himself and in relation to others.
  18. God is absolute moral goodness or holiness.
  19. God is absolute benignity.
  20. God is absolutely immutable.
  21. God is eternal.
  22. God is immense or absolutely immeasurable.
  23. God is everywhere present in created space.
  24. God’s knowledge is infinite.
  25. God’s knowledge is purely and simply actual.
  26. God’s knowledge is subsistent.
  27. God knows all that is merely possible by the knowledge of simple intelligence.
  28. God knows all real things in the past, the present and the future.
  29. By the knowledge of vision, God also foresees the future free acts of rational creatures with infallible certainty.
  30. God’s Divine Will is infinite.
  31. God loves Himself of necessity, but loves and wills the creation of extra-divine things, on the other hand, with freedom.
  32. God is almighty.
  33. God is the Lord of the heavens and of the earth.
  34. God is infinitely just.
  35. God is infinitely merciful.
  36. In God there are three Persons, the Father, the Son and the Holy Ghost. Each of the three Persons possesses the one (numerical) Divine Essence.
  37. In God there are two internal divine processions.
  38. The Divine Persons, not the Divine Nature, are the subject of the internal divine processions (in the active and in the passive sense).
  39. The Second Divine Person proceeds from the First Divine Person by generation, and therefore is related to Him as Son to Father.
  40. The Holy Ghost proceeds from the Father and from the Son as from a single principle through a single spiration.
  41. The Holy Ghost does not proceed through generation but through spiration.
  42. The relations in God are really identical with the Divine Nature.
  43. The Three Divine Persons are in one another.
  44. All the ad extra activities of God are common to the three Persons.

II. God the Creator

  1. All that exists outside God was, in its whole substance, produced out of nothing by God.
  2. God was moved by His goodness to create the world.
  3. The world was created for the glorification of God.
  4. The Three Divine Persons are one single, common principle of creation.
  5. God created the world free from exterior compulsion and inner necessity.
  6. God has created a good world.
  7. The world had a beginning in time.
  8. God alone created the world.
  9. God keeps all created things in existence.
  10. God, through His Providence, protects and guides all that He has created.
  11. The first man was created by God.
  12. Man consists of two essential parts – a material body and a spiritual soul.
  13. The rational soul per se is the essential form of the body.
  14. Every human being possesses an individual soul.
  15. God has conferred on man a supernatural destiny.
  16. Our first parents, before the fall, were endowed with sanctifying grace.
  17. In addition to sanctifying grace, our first parents were endowed with the preternatural gift of bodily immortality.
  18. Our first parents in Paradise sinned grievously through transgression of the Divine probationary commandment.
  19. Through sin our first parents lost sanctifying grace and provoked the anger and the indignation of God.
  20. Our first parents became subject to death and to the dominion of the devil.
  21. Adam’s sin is transmitted to his posterity, not by imitation but by descent.
  22. Original sin is transmitted by natural generation.
  23. In the state of original sin man is deprived of sanctifying grace and all that this implies, as well as of the preternatural gifts of integrity.
  24. Souls who depart this life in the state of original sin are excluded from the Beatific Vision of God.
  25. In the beginning of time God created spiritual essences (angels) out of nothing.
  26. The nature of angels is spiritual.
  27. The evil spirits (demons) were created good by God; they became evil through their own fault.
  28. The secondary task of the good angels is the protection of men and care for their salvation.
  29. The devil possesses a certain dominion over mankind by reason of Adam’s sin.

III. God the Redeemer

  1. Jesus Christ is true God and true Son of God.
  2. Christ assumed a real body, not an apparent body.
  3. Christ assumed not only a body but also a rational soul.
  4. Christ was truly generated and born of a daughter of Adam, the Virgin Mary.
  5. The Divine and human natures are united hypostatically in Christ, that is, joined to each other in one Person.
  6. In the hypostatic union each of the two natures of Christ continues unimpaired, untransformed, and unmixed with each other.
  7. Each of the two natures in Christ possesses its own natural will and its own natural mode of operation.
  8. The hypostatic union of Christ’s human nature with the Divine Logos took place at the moment of conception.
  9. The hypostatic union will never cease.
  10. The hypostatic union was effected by the three Divine Persons acting in common.
  11. Only the second Divine Person became Man.
  12. Not only as God but also as man Jesus Christ is the natural Son of God.
  13. The God-Man Jesus Christ is to be venerated with one single mode of worship, the absolute worship of latria which is due to God alone.
  14. Christ’s Divine and human characteristics and activities are to be predicated of the one Word Incarnate.
  15. Christ was free from all sin, from original sin as well as from all personal sin.
  16. Christ’s human nature was passible.
  17. The Son of God became man in order to redeem men.
  18. Fallen man cannot redeem himself.
  19. The God-man Jesus Christ is a high priest.
  20. Christ offered Himself on the Cross as a true and proper sacrifice.
  21. Christ by His sacrifice on the Cross has ransomed us and reconciled us with God.
  22. Christ, through His passion and death, merited award from God.
  23. After His death, Christ’s Soul, which was separated from His Body, descended into the underworld.
  24. On the third day after His death, Christ rose gloriously from the dead.
  25. Christ ascended body and soul into Heaven and sits at the right hand of the Father.

IV. The Mother of the Redeemer

  1. Mary is truly the Mother of God.
  2. Mary was conceived without the stain of original sin.
  3. Mary is the Immaculate Conception.
  4. Mary conceived by the Holy Ghost without the cooperation of man.
  5. Mary bore her Son without any violation of her virginal integrity.
  6. After the birth of Jesus, Mary remained a Virgin.
  7. Mary was assumed body and soul into Heaven.

V. God the Sanctifier

  1. There is a supernatural intervention of God in the faculties of the soul, which precedes the free act of the will.
  2. There is a supernatural influence of God in the faculties of the soul which coincides in time with man’s free act of will.
  3. For every salutary act, internal supernatural grace of God (gratia elevans) is absolutely necessary.
  4. Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation.
  5. Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification.
  6. The justified person is not able for his whole life long to avoid sins, even venial sins, without the special privilege of the grace of God.
  7. Even in the fallen state, man can, by his natural intellectual power, know religious and moral truths.
  8. For the performance of a morally good action, sanctifying grace is not required.
  9. In the state of fallen nature, it is morally impossible for man without supernatural Revelation, to know easily, with absolute certainty, and without admixture of error, all religious and moral truths of the natural order.
  10. Grace cannot be merited by natural works either de condigno or de congruo.
  11. God gives all the just sufficient grace for the observation of the divine commandments.
  12. God, by His eternal resolve of Will, has predetermined certain men to eternal blessedness.
  13. God, by an eternal resolve of His Will, predestines certain men, on account of their foreseen sins, to eternal rejection.
  14. The human will remains free under the influence of efficacious grace, which is not irresistible.
  15. There is grace which is truly sufficient and yet remains inefficacious.
  16. The causes of Justification. (Defined by the Council of Trent) :
    1. The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
    2. The efficient cause is the mercy of God.
    3. The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
    4. The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
    5. The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.
  17. The sinner can and must prepare himself by the help of actual grace for the reception of the grace by which he is justified.
  18. The justification of an adult is not possible without faith.
  19. Besides faith, further acts of disposition must be present.
  20. Sanctifying grace sanctifies the soul.
  21. Sanctifying grace makes the just man a friend of God.
  22. Sanctifying grace makes the just man a child of God and gives him a claim to the inheritance of heaven.
  23. The three Divine or theological virtues of faith, hope and charity are infused with sanctifying grace.
  24. Without special Divine Revelation no one can know with the certainty of faith, if he be in the state of grace.
  25. The degree of justifying grace is not identical in all the just.
  26. Grace can be increased by good works.
  27. The grace by which we are justified may be lost, and is lost by every grievous sin.
  28. By his good works, the justified man really acquires a claim to supernatural reward from God.
  29. A just man merits for himself through each good work an increase of sanctifying grace, eternal life (if death finds him in the state of grace) and an increase in heavenly glory.

VI. The Catholic Church

  1. The Catholic Church was founded by the God-Man Jesus Christ.
  2. Christ founded the Catholic Church in order to continue His work of redemption for all time.
  3. Christ gave His Church a hierarchical constitution.
  4. The powers bestowed on the Apostles have descended to the Bishops.
  5. Christ appointed the Apostle Peter to be the first of all the Apostles and to be the visible Head of the whole Catholic Church, by appointing him immediately and personally to the primacy of jurisdiction.
  6. According to Christ’s ordinance, Peter is to have successors in his Primacy over the whole Catholic Church and for all time.
  7. The successors of Peter in the Primacy are the Bishops of Rome.
  8. The Pope possesses full and supreme power of jurisdiction over the whole Catholic Church, not merely in matters of faith and morals, but also in Church discipline and in the government of the Church.
  9. The Pope is infallible when he speaks ex cathedra.
  10. By virtue of Divine right, the bishops possess an ordinary power of government over their dioceses.
  11. Christ founded the Catholic Church.
  12. Christ is the Head of the Catholic Church.
  13. In the final decision on doctrines concerning faith and morals, the Catholic Church is infallible.
  14. The primary object of the Infallibility is the formally revealed truths of Christian Doctrine concerning faith and morals.
  15. The totality of the Bishops is infallible, when they, either assembled in general council or scattered over the earth propose a teaching of faith or morals as one to he held by all the faithful.
  16. The Church founded by Christ is unique and one.
  17. The Church founded by Christ is holy.
  18. The Church founded by Christ is catholic.
  19. The Church founded by Christ is apostolic.
  20. Membership of the Catholic Church is necessary for all men for salvation.

VII. The Communion of Saints

  1. It is permissible and profitable to venerate the Saints in Heaven, and to invoke their intercession.
  2. It is permissible and profitable to venerate the relics of the Saints.
  3. It is permissible and profitable to venerate images of the Saints.
  4. The living faithful can come to the assistance of the souls in Purgatory by their intercessions.

VIII. The Sacraments

  1. The Sacraments of the New Covenant contain the grace which they signify, and bestow it on those who do not hinder it.
  2. The Sacraments work ex opere operato, that is, the sacraments operate by the power of the completed sacramental rite.
  3. All the Sacraments of the New Covenant confer sanctifying grace on the receivers.
  4. Three Sacraments, Baptism, Confirmation, and Holy Orders, imprint a character, that is an indelible spiritual mark, and, for this reason, cannot be repeated.
  5. The sacramental character is a spiritual mark imprinted on the soul.
  6. The sacramental character continues at least until the death of the bearer.
  7. All Sacraments of the New Covenant were instituted by Jesus Christ.
  8. There are seven Sacraments of the New Law.
  9. The Sacraments of the New Covenant are necessary for the salvation of mankind.
  10. The validity and efficacy of the Sacrament is independent of the minister’s orthodoxy and state of grace.
  11. For the valid dispensing of the Sacraments it is necessary that the minister accomplish the Sacramental sign in the proper manner.
  12. The minister must have the intention of at least doing what the Church does.
  13. In the case of adult recipients moral worthiness is necessary for the worthy or fruitful reception of the Sacraments.

IX. Baptism

  1. Baptism is a true Sacrament instituted by Jesus Christ.
  2. The materia remota of the Sacrament of Baptism is true and natural water.
  3. Baptism confers the grace of justification.
  4. Baptism effects the remission of all punishments of sin, both eternal and temporal.
  5. Even if it be unworthily received, valid Baptism imprints on the soul of the recipient an indelible spiritual mark, the Baptismal Character, and for this reason, the Sacrament cannot be repeated.
  6. Baptism by water (Baptismus fluminis) is, since the promulgation of the Gospel, necessary for all men without exception for salvation.
  7. Baptism can be validly administered by anyone.
  8. Baptism can be received by any person in the wayfaring state who is not already baptised.
  9. The Baptism of young children is valid and licit.

X. Confirmation

  1. Confirmation is a true Sacrament properly so-called.
  2. Confirmation imprints on the soul an indelible spiritual mark, and for this reason, cannot be repeated.
  3. The ordinary minister of Confirmation is the Bishop alone.

XI. Holy Eucharist

  1. The Body and Blood of Jesus Christ are truly, really, and substantially present in the Eucharist.
  2. Christ becomes present in the Sacrament of the Altar by the transformation of the whole substance of the bread into His Body and of the whole substance of the wine into His Blood.
  3. The accidents of bread and wine continue after the change of the substance.
  4. The Body and Blood of Christ together with His Soul and Divinity and therefore, the whole Christ, are truly present in the Eucharist.
  5. The Whole Christ is present under each of the two Species.
  6. When either consecrated Species is divided, the Whole Christ is present in each part of the Species.
  7. After the Consecration has been completed the Body and Blood are permanently present in the Eucharist.
  8. The Worship of Adoration (latria) must be given to Christ present in the Eucharist.
  9. The Eucharist is a true Sacrament instituted by Jesus Christ.
  10. The matter for the consummation of the Eucharist is bread and wine.
  11. For children before the age of reason, the reception of the Eucharist is not necessary for salvation.
  12. Communion under two forms is not necessary for any individual members of the Faithful, either by reason of Divine precept or as a means of salvation.
  13. The power of consecration resides in a validly consecrated priest only .
  14. The Sacrament of the Eucharist can be validly received by every baptised person in the wayfaring state, including young children.
  15. For the worthy reception of the Eucharist, the state of grace as well as the proper and pious disposition are necessary.
  16. The Holy Mass is a true and proper Sacrifice.
  17. In the Sacrifice of the Mass, Christ’s Sacrifice on the Cross is made present, its memory celebrated, and its saving power applied.
  18. In the Sacrifice of the Mass and in the Sacrifice of the Cross the Sacrificial Gift and the Primary Sacrificing Priest are identical; only the nature and the mode of the offering are different.
  19. The Sacrifice of the Mass is not merely a sacrifice of praise and thanks-giving, but also a sacrifice of expiation and impetration.

XII. Penance

  1. The Church has received from Christ the power of remitting sins committed after Baptism.
  2. By the Church’s Absolution sins are truly and immediately remitted.
  3. The Church’s power to forgive sins extends to all sin without exception.
  4. The exercise of the Church’s power to forgive sins is a judicial act.
  5. The forgiveness of sins which takes place in the Tribunal of Penance is a true and proper Sacrament, which is distinct from the Sacrament of Baptism.
  6. Extra-sacramental justification is effected by perfect sorrow only when it is associated with the desire for the Sacrament (votum sacramenti).
  7. Contrition springing from the motive of fear is a morally good and supernatural act.
  8. The Sacramental confession of sins is ordained by God and is necessary for salvation.
  9. By virtue of Divine ordinance, all grievous sins according to kind and number, as well as those circumstances which alter their nature, are subject to the obligation of confession.
  10. The confession of venial sins is not necessary but is permitted and is useful.
  11. All temporal punishments for sin are not always remitted by God with the guilt of sin and the eternal punishment.
  12. The priest has the right and duty, according to the nature of the sins and the ability of the penitent, to impose salutary and appropriate works for satisfaction.
  13. Extra-sacramental penitential works, such as the performance of voluntary penitential practices and the patient bearing of trials sent by God, possess satisfactory value.
  14. The form of the Sacrament of Penance consists in the words of Absolution.
  15. Absolution, in association with the acts of the penitent, effects the forgiveness of sins.
  16. The principal effect of the Sacrament of Penance is the reconciliation of the sinner with God.
  17. The Sacrament of Penance is necessary for salvation to those who, after Baptism, fall into grievous sin.
  18. The sole possessors of the Church’s Power of Absolution are the bishops and priests.
  19. Absolution given by deacons, clerics or lower rank, and laymen is not Sacramental Absolution.
  20. The Sacrament of Penance can be received by any baptised person who, after Baptism, has committed a grievous or a venial sin.
  21. The Church possesses the power to grant Indulgences.
  22. The use of Indulgences is useful and salutary to the Faithful.

XIII. Holy Orders

  1. Holy Order is a true and proper Sacrament which was instituted by Jesus Christ.
  2. The consecration of priests is a Sacrament.
  3. Bishops are superior to priests.
  4. The Sacrament of Order confers sanctifying grace on the recipient.
  5. The Sacrament of Order imprints a character on the recipient.
  6. The Sacrament of Order confers a permanent spiritual power on the recipient.
  7. The ordinary dispenser of all grades of Order, both the sacramental and the non-sacramental, is the validly consecrated Bishop alone.

XIV. Matrimony

  1. Marriage is a true and proper Sacrament instituted by God.
  2. From the sacramental contract of marriage emerges the Bond of Marriage, which binds both marriage partners to a lifelong indivisible community of life.
  3. The Sacrament of Matrimony bestows sanctifying grace on the contracting parties.

XV. Anointing of the sick

  1. Extreme Unction or anointing of the sick is a true and proper Sacrament instituted by Jesus Christ.
  2. The remote matter of Extreme Unction is oil.
  3. The form consists in the prayer of the priest for the sick person which accomplishes the anointing.
  4. Extreme Unction gives the sick person sanctifying grace in order to arouse and strengthen him.
  5. Extreme Unction effects the remission of grievous sins still remaining and of venial sins.
  6. Extreme Unction sometimes effects the restoration of bodily health, if this be of spiritual advantage.
  7. Only Bishops and priests can validly administer Extreme Unction.
  8. Extreme Unction can be received only by the Faithful who are seriously ill.

XVI. The Last Things

  1. In the present order of salvation, death is a punishment for sin.
  2. All human beings subject to original sin are subject to the law of death.
  3. The souls of the just which in the moment of death are free from all guilt of sin and punishment for sin, enter into Heaven.
  4. The bliss of Heaven lasts for all eternity.
  5. The degree of perfection of the Beatific Vision granted to the just is proportioned to each one’s merit.
  6. The souls of those who die in the condition of personal grievous sin enter Hell.
  7. The punishment of Hell lasts for all eternity.
  8. The souls of the just which, in the moment of death, are burdened with venial sins or temporal punishment due to sins, enter purgatory.
  9. At the end of the world Christ will come again in glory to pronounce judgement.
  10. All the dead will rise again on the last day with their bodies.
  11. The dead will rise again with the same bodies as they had on earth.
  12. Christ, on His second coming, will judge all men.
catatan kaki:
http://www.theworkofgod.org/dogmas.htm
http://katolisitas.org/2224/dogma-impikasinya-dan-daftar-dogma